Artikel ini menjelaskan tentang keadan dari Delta sungai Citarum yang didasari
oleh jurnal dari Indonesian Association of Geologists pada tahun 1992. Delta
sungai
atau Kuala adalah endapan di
muara sungai
yang terletak di lautan
terbuka, pantai,
atau danau,
sebagai akibat dari berkurangnya laju aliran air saat memasuki laut. Tipe muara
sungai yang lain adalah estuaria. Sungai
Citarum, 269 km panjang dan pengeringan
area seluas 6,080 km2, merupakan salah satu sungai terbesar di Pulau Jawa. Ini
berasal dari gunung Wayang
(1700 m) dan mengalir melaui tengah
bagian barat pulau sebelum mengalir keluar ke Laut Jawa. Cekungan ini memiliki curah
hujan tahunan rata-rata 2.300 mm, dan debit tahunan di Nanjung (1675 km2) pada
tahun 1992 telah 97, 8 m3 / s (0.058 m3/s/km2). Segmen sungai di atas Bandung dianggap jangkauan atas
yang berada di daerah pegunungan dan terletak di antara gunung Tankuban di sisi utara
dan gunung Patuha di sisi selatan. Antara Bandung dan Jatiluhur
adalah jangkauan menengah dan bawah Jatiluhur dianggap jangkauan lebih rendah. Formasi geologi sebagian besar terdiri dari produk vulkanik
kuartener tua dengan beberapa Miosen fasies sedimen, granit, granodiorit, diorit,
alluvium, fasies vulkanik Pleistosen dan Miosen kapur facies. Masalah arus
air terkait kekeringan di musim kemarau. Untuk banjir dengan periode ulang 5 tahun,
sekitar 22,5 km2 di bagian selatan dari Bandung kemungkinan akan terendam.
Berdasarkan pengamatan Delta Citarum dibentuk oleh endapan
sedimen pasir dan lumpur yang dibawa oleh aliran sungai Citarum. Sedangkan
bentuk dari delta dipengaruhi oleh aktivitas pasut, gelombang dan arus besar. Selama
proses perkembangan delta ini terbentuk pula anak-anak sungai dan anak-anak
sungai ini ikut mendristribusikan sedimen yang akhirnya diendapkan di depan
muara masing-masing. Percabangan anak sungai ini sekarang sudah jauh tertinggal
didarat, hal ini merupakan bukti bahwa pada masa lalu telah terjadi proses
sedimentasi dan transportasinya yang sangat aktif. Teluk Jakarta di sebelah
timur terlihat seperti terkurung oleh majunya daratan delta Citarum ke arah laut.
Daratan delta yang maju ini dapat dipakai sebagai indicator terjadinya
kecepatan sedimentasi masa lalu setelah dibandingkan dengan garis pantai teluk
Jakarta. Sedangkan semua dari anak-anak sungai delta Citarum bermuara ke laut
jawa. Dari sekian banyak anak-anak sungai, beberapa diantaranya ada yang telah
mati dan menjadi “tidal creek” serta ada pula yang telah tertutup oleh endapan
pasir yang dibawa oleh angin dari pantai. Daerah yang tertutup pasir ini banyak
ditumbuhi oleh mangrove. Dari hasil pemeruman gema pada perairan di beberapa
muara sungai, terlihat 2 macam tipe profil dasar, yang pertama profil dasar
berbentuk dan yang kedua adalah bentuk profil dasar yang berbentuk cembung. Daerah-daerah
yang telah diteliti adalah sebagai berikut:
Transek perairan muara Cikung
Transek perairan ini dimulai dari
tengah mulut anak sungai Cikung dengan arah 360oE kearah laut sampai
kedalaman 6 meter dan direkam kembali kearah Cikung. Hasil rekaman ekosonder menunjukan
profil dasar perairan berbentuk cekung. Daerah ini sedang mengalami erosi.
Transek perairan muara Wetan
Anak sungai ini masih berhubungan
langsung dengan sungai utama Citarum. Dari 2 cabang muara anak sungai ini, satu
diantaranya telah mati. Hasil rekaman ekosonder menunjukan daerah pantai yang
sedang mengalami erosi.
Transek perairan muara Pakis
Transek perairan ini dimulai dari
tengah mulut adan sungai Pakis dengan arah N 30oE kearah laut sampai
kedalaman 6 meter dan direkam kembali kearah muara Pakis. Hasil rekaman
ekosounder menunjukan profil dasar perairan berbentuk cembung. Bentuk ini
menunjukan daerah pantai yang sedang mengalami akresi.
Transek perairan muara Bungin
Dari beberapa muara anak-anak cabang sungai Bungin, muara Bungin
merupakan anak sungai yang paling banyak terendapkan material sedimen dari
saungai ini. Transek ini dimulai dari titik terluar, di tengah-tengah muara
sungai kearah laut dengan arah N 360oEsampai kedalaman 6 meter. Hasil
rekaman ekosonder menunjukan profil dasar perairan berbentuk cembung. Bentuk ini
menunjukan daerah pantai yang sedang mengalami akresi. Pada bentuk dasar profil
terlihat suatu tonjolan yang diduga merupakan suatu lapisan batu karang. Batu karang
ini diduga berfungsi sebagai peredam energy gelombang dan dapat mencegah erosi
daerah muara ini.
Transek perairan antara muara Bungin
dengan Pakis
Transek ini tidak mewakili muara
sungai, tetapi terletak antara pantai muara Bungin dan Pakis. Transek dibuat
kearah laut dengan arah N 360oE. hasil rekaman ekosonder menunjukan
profil dasar perairan berbentuk cembung. Bentuk ini menunjukan daerah pantai
yang sedang mengalami akresi.
Transek perairan muara beting
Anak sungai beting merupakan sungai
kecil, yang dipengaruhi oleh pasut. Dimasa lampau anak sungai ini masih
berhubungan dengan sungai citarum. Tetapi saat ini hubungan dengan sungai Citarum
telah terputus. Kemungkinan diakibatkan oleh sedimen yang diendapkan sungai Citarum
cukup besar sehingga terjadi penyempitan dan pendangkalan anak sungai ini. Transek
perairan ini dimulai dari kedalaman 5 meter kearah mulut muara dan sebaliknya,
dengan arah N 3600E. hasil rekaman ekosonder menunjukan profil dasar
perairan berbentuk cembung. Bentuk ini menunjukan daerah pantai yang sedang
mengalami akresi.
Transek perairan muara Belubuk
Sungai belubuk merupakan sungai yang
langsung mengalir keteluk Jakarta. Sungai ini merupakan sungai yang sibuk oleh
arus pelayaran yang datang dari Jakarta dan sebaliknya. Sungai ini berhubungan
langsung dengan sungai Citarum dan banyak mengangkut material sedimen yang
akhirnya diendapkan diteluk Jakarta. Hasil rekaman ekosonder menunjukan profil
dasar perairan berbentuk cembung. Bentuk ini menunjukan daerah pantai yang
sedang mengalami akresi. Kedalaman sungai ini berkisar antara setengah meter
hingga 1 meter dan di waktu surut umumnya muara ini sulit dilewati
perahu-perahu nelayan.
Transek perairan antara muara
Belubuk dan Sanpan
Hasil rekaman ekosonder menunjukan
profil dasar perairan berbentuk cembung. Bentuk ini menunjukan daerah pantai
yang sedang mengalami akresi.
Delta Sungai Citarum membentuk jubah
lebar di timur Jakarta. Daerah ini dibedah oleh banyak anak sungai yang lebih
besar dan lebih kecil dari Sungai Citarum. Salah satu anak sungai ini mengalir
ke arah barat ke Teluk Jakarta, dan muara ini disebut Muara Gembong. Daerah ini
sebelumnya ditutupi oleh hutan bakau, tetapi sebagian besar telah dikonversi
menjadi tambak untuk budidaya. Bahkan bagian dari mangrove yang ditetapkan
sebagai hutan lindung diubah, meskipun banyak lokasi ditinggalkan nanti. Mangrove yang
sehat memiliki banyak fungsi penting: mengurangi kekuatan gelombang,
penyaringan dan mempertahankan sedimentasi.
Kesimpulannya adalah delta Citarum merupakan delta yang
mempunyai sedimentasi kuat dengan tipe “high regime”. Apabila “nourishment”
dari DAS Citarum berkurang, daerah ini rawan terhadap erosi. Dan apabila
terjadi kenaikan paras laut, maka pola – pola delta ini akan berubah,
kemungkinan akan terbentuk estuary.
Daftar
Pustaka
BIRD,1988.,The
Effects of a Predicted Sea Level Rise on the Coasts of Indonesia.,United
Nations Environtment Programme., Bangkok,12p.
OTTO
SR ONGGKOSONGO & SUTJIPTO SULAKSONO, 1991., The Effects of Upstream Dams
Conctruction to the Dynamics of the Lower Reaches of the Cimanuk Delta, West
Java, Indonesia., Presented in the International Symposium on Special Problem
of Alluvial Rivers Including Those of International Rivers., UNDP-UNESCO-IRTCES-Ministry
of Construction., Rep. Korea Water Resources Corp., Seoul, Korea, 14 p.