Saturday, May 18, 2013

MY NAME IS NOT IMPORTANT



            My name is not important, bukan berarti ku terlahir dengan nama not important. Namaku Andi Wahyu Dwinanto, but my name is nothing special. Banyak teman-temanku memanggilku dengan sebutan yang aneh-aneh. Pada jaman waktu SD dan SMP dulu teman-temanku memanggilku dengan sebutan nama depan orang tua baik nama Bapak atau Ibuku. Aku pun ga habis pikir, kebanyakan teman-temanku memanggil seseorang dengan nama depan orang tuanya. Kelihatannya seperti sebuah ejekan, memangnya nama orang tua kita sebuah aib apa? Ah omong kosong. Tapi aku mengambil dari sisi positifnya, haha seperti di luar negeri saja memanggil seseorang dengan nama keluarganya namun versi yang ini menggunakan nama depannya. Mungkin dulu pelopornya sirik dengan Negara-negara yang lebih gaul dari Negeri ini, dia ingin mengikuti trend dari sana dengan menyebut nama seseorang dengan sebutan keluarganya. Namun karena si pelopor itu kelewat gaul dan ga berhasil menemukan nama belakang keluarganya jadi dia dengan pasrah menyebut nama depannya saja. Yah kalian tau sendiri lah nama orang jawa dulu kebanyakan hanya satu kata, haha. Namun walau hanya satu kata, mempunyai arti sangat besar. Contohnya Paidjo “Pancasila Indonesia Djoyo”.
            Pada jaman SMA teman-temanku memanggilku Apdel, perasaan memang ga ada kemiripannya dengan nama KTPku, haha ya sudahlah. Berawal dari acara televisi yang dibintangi oleh pasangan maut Abdel dan Temon. Ada salah satu temanku yang lumayan mirip dengan Temon, kadang dia diejek dengan sebutan Temon. Rasanya kurang lengkap kalau hanya satu saja. Teman-temanku yang lain mencari seseorang yang ada kemiripan dengan Abdel. Dapat lah satu kandidat yaitu aku sendiri, entah mirip dari mananya aku pun ga tahu. Kata mereka postur tubuhku punya kemiripan, sungguh naas memang. Itu lah awal mulanya dipanggil dengan sebutan Apdel. Karena ku tinggal di tanah Sunda, kata Abdel pun berubah jadi Apdel, haha. Tapi aku senang mereka hanya menyebut bagian belakangnya saja, “Hai Del”.
            Di wilayah kampus lebih ekstrim lagi seniorku bahkan menyebutku Wantong. Katanya sih mukaku mirip sekali dengan senior yang bernama Iwan. Entah bagaimana nama Iwan sering dipanggil Wantong. Ini berdampak dengan panggilanku di kampus. Setiap gabung dengan mereka, kata sambutan yang mereka lontarkan adalah “Eh, ada Wantong!”. Entah mengapa nama Wantong jadi melekat juga padaku. Yah, kuterkenal sebagai Wantong 2, nampaknya nama asliku tak begitu diingat oleh senior-seniorku. Bahkan ada yang jujur bilang ”Eh, gua malah ga tahu nama asli lo, siapa sih nama lo?”, Haha sungguh naas.
           

         Yah ga apa-apalah, asalkan mereka senang, tersenyum bahkan tertawa di hadapanku, aku pun ikut senang. Dibandingkan dengan orang selalu bete atau cemberut kalau setiap bertemu. Coba saja bayangkan, rasa sedih kalau memang ada yang seperti itu. Jujur saja melihat muka tersenyum itu lebih enak daripada melihat muka cemberut dengan tatapan sinis. Dengan sebutan apapun asalkan mereka tersenyum adalah hal yang terpenting, bahkan dari nama asliku sekalipun.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.