My name is not
important, bukan berarti ku terlahir dengan nama not important. Namaku Andi
Wahyu Dwinanto, but my name is nothing special. Banyak teman-temanku
memanggilku dengan sebutan yang aneh-aneh. Pada jaman waktu SD dan SMP dulu teman-temanku
memanggilku dengan sebutan nama depan orang tua baik nama Bapak atau Ibuku. Aku
pun ga habis pikir, kebanyakan teman-temanku memanggil seseorang dengan nama
depan orang tuanya. Kelihatannya seperti sebuah ejekan, memangnya nama orang
tua kita sebuah aib apa? Ah omong kosong. Tapi aku mengambil dari sisi
positifnya, haha seperti di luar negeri saja memanggil seseorang dengan nama
keluarganya namun versi yang ini menggunakan nama depannya. Mungkin dulu
pelopornya sirik dengan Negara-negara yang lebih gaul dari Negeri ini, dia
ingin mengikuti trend dari sana dengan menyebut nama seseorang dengan sebutan
keluarganya. Namun karena si pelopor itu kelewat gaul dan ga berhasil menemukan
nama belakang keluarganya jadi dia dengan pasrah menyebut nama depannya saja.
Yah kalian tau sendiri lah nama orang jawa dulu kebanyakan hanya satu kata,
haha. Namun walau hanya satu kata, mempunyai arti sangat besar. Contohnya
Paidjo “Pancasila Indonesia Djoyo”.
Pada
jaman SMA teman-temanku memanggilku Apdel, perasaan memang ga ada kemiripannya
dengan nama KTPku, haha ya sudahlah. Berawal dari acara televisi yang
dibintangi oleh pasangan maut Abdel dan Temon. Ada salah satu temanku yang
lumayan mirip dengan Temon, kadang dia diejek dengan sebutan Temon. Rasanya
kurang lengkap kalau hanya satu saja. Teman-temanku yang lain mencari seseorang
yang ada kemiripan dengan Abdel. Dapat lah satu kandidat yaitu aku sendiri,
entah mirip dari mananya aku pun ga tahu. Kata mereka postur tubuhku punya
kemiripan, sungguh naas memang. Itu lah awal mulanya dipanggil dengan sebutan
Apdel. Karena ku tinggal di tanah Sunda, kata Abdel pun berubah jadi Apdel,
haha. Tapi aku senang mereka hanya menyebut bagian belakangnya saja, “Hai Del”.
Di
wilayah kampus lebih ekstrim lagi seniorku bahkan menyebutku Wantong. Katanya
sih mukaku mirip sekali dengan senior yang bernama Iwan. Entah bagaimana nama
Iwan sering dipanggil Wantong. Ini berdampak dengan panggilanku di kampus.
Setiap gabung dengan mereka, kata sambutan yang mereka lontarkan adalah “Eh,
ada Wantong!”. Entah mengapa nama Wantong jadi melekat juga padaku. Yah,
kuterkenal sebagai Wantong 2, nampaknya nama asliku tak begitu diingat oleh
senior-seniorku. Bahkan ada yang jujur bilang ”Eh, gua malah ga tahu nama asli
lo, siapa sih nama lo?”, Haha sungguh naas.
Yah ga apa-apalah, asalkan mereka senang,
tersenyum bahkan tertawa di hadapanku, aku pun ikut senang. Dibandingkan dengan
orang selalu bete atau cemberut kalau setiap bertemu. Coba saja bayangkan, rasa
sedih kalau memang ada yang seperti itu. Jujur saja melihat muka tersenyum itu
lebih enak daripada melihat muka cemberut dengan tatapan sinis. Dengan sebutan
apapun asalkan mereka tersenyum adalah hal yang terpenting, bahkan dari nama
asliku sekalipun.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.